Erisipelas
Definisi
Erisipelas merupakan infeksi kulit akut, biasanya disebabkan oleh kuman Streptococcus ß haemolyticus grup A pada lapisan dermis yang masuk melalui kulit yang rusak dan sering mengenai ekstremitas bawah dan wajah.1
Epidemiologi
Insiden erisipelas dilaporkan mengalami penurunan seiring dengan perkembangan antibiotik, perbaikan sanitasi, dan penurunan virulensi kuman penyebab. Erisipelas dapat mengenai semua golongan umur. Erisipelas lebih sering terjadi pada wanita, tetapi ditemukan juga pada laki-laki usia muda karena lebih cenderung bergerak aktif.2
Etiopatogenesis
Erisepelas dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, yang paling sering adalah bakteri Streptococcus β hemolyticus grup A dan jarang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.1,3,4
Infeksi kuman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat biologik kuman, cara host memberikan respon, dan port d’entre kuman. Jika port d’entre pada kulit atau selaput lendir dapat terjadi erisepelas.5
Masuknya bakteri melalui kulit yang trauma merupakan awal terbentuknya erisipelas. Kelainan kulit yang sudah ada seperti eksema pada muka dan telinga, fisura pada mukosa, mikosis interdigitalis dan luka pada kulit sering menjadi pintu masuk kuman. Faktor lokal lain seperti insuffisiensi vena, ulkus stasis, dermatitis, gigitan serangga dan luka operasi juga di perkirakan sebagai pintu masuk. Hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi.2,3,6
Erisipelas yang terjadi pada wajah sering disebabkan bakteri komensal nasopharing. Hal ini dibuktikan tiga kasus erisipelas terdapat satu kasus faringitis yang disebabkan Streptococcus.2
Faktor predisposisi lain, seperti higiene yang kurang menyebabkan kulit manusia tidak steril sehingga memudahkan pertumbuhan mikroorganisme. Permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan atau nutrisi untuk mikroorganisme berkembang biak. Bahan-bahan tersebut antara lain : lemak, bahan-bahan yang mengandung mineral, nitrogen, dan lain-lain yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau hasil dari adneksa kulit.5
Menurunnya daya tahan tubuh merupakan faktor lain yang dapat memudahkan infeksi kuman seperti misalnya pada keadaan kekurangan gizi, kakheksia, anemia, penyakit kronik, neoplasma, infeksi Human Imunodeficiency Virus. Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol, lebih rentan terhadap infeksi bakteri. Pada diabetes mellitus kadar gula darah kulit meningkat sampai 69-71% dari glukosa darah (normal 55%). Hal tersebut akan mempermudah tumbuhnya koloni Streptococcus dan Staphylococcus.7,8,9
Pada pecandu alkohol, terjadi perubahan metabolisme asam lemak di dalam tubuh. Pada keadaan ini banyak dihasilkan asam lemak jenuh daripada asam lemak tak jenuh. Sehingga barier kimiawi kulit yang umumnya terbentuk dari asam lemak tak jenuh mengalami penurunan, hal ini memudahkan terjadinya infeksi kulit.5
Port d entrée kuman Streptococcus penyebab erisipelas cenderung pada tempat anatomik yang drainasenya terganggu, seperti pada penderita sindroma nefrotik yang mengalami limfedema kronik.6
Diagnosis
Anamnesis
Pasien erisipelas biasanya datang dengan keluhan utama bercak berwarna merah cerah pada kulit yang disertai gatal. Daerah yang dikenai biasanya tungkai bawah.1
Gejala konstitusi dapat berupa demam tinggi yang kadang bisa disertai menggigil, diikuti adanya kemerahan pada kulit yang nyeri satu sampai dua hari sesudahnya. sakit kepala dan muntah.3,10
Erisepelas biasanya didahului oleh adanya riwayat trauma, dimana daerah ini merupakan port d’entree untuk infeksi, sehingga perlu ditanyakan adanya trauma minor sampai adanya riwayat operasi. Faktor predisposisi yang ditanyakan seperti riwayat diabetes mellitus, riwayat alkohol, infeksi yang lama, sindroma nefrotik, faringitis.11,12
Gambaran Klinis
Sebanyak 70 – 80 % erisipelas mengenai ekstremitas, biasanya mengenai tungkai bawah karena penyakit ini sering didahului oleh trauma dan sekitar 5 – 20 % mengenai wajah. Masa inkubasi 25 hari, penderita biasanya demam tinggi (pada bayi sering diikuti konvulsi), sakit kepala, lesu dan muntah-muntah.1,13,14
Lapisan kulit yang diserang adalah epidermis dan dermis. Pada daerah kulit yang terkena terlihat makula eritematous, edem, nyeri tekan dan tanda-tanda radang akut. Kadang-kadang dijumpai vesikel-vesikel kecil pada tepinya. Dapat juga dijumpai bentuk bulosa dan dapat mengenai kelenjer limfe dan menyebabkan limfangitis. 1,2,14
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil LED yang tinggi dan pada darah tepi didapatkan leukositosis 15.000- 20.000 / mm3. Pada pemeriksaan urin ditemukan proteinuria dan hematuria bila telah ada komplikasi pada ginjal.15
Kultur bakteri dari tempat masuknya bakteri akan membantu menunjukkan penyebab erisipelas. Medium biakan yang sering digunakan antara lain agar nutrien dan agar darah.13
Diagnosis banding
1. Selulitis.
Selulitis adalah radang kulit dan subkutis yang cenderung meluas kearah samping. Penyakit ini mempunyai etiologi, gejala konstitusi dan tempat predileksi yang sama dengan erisipelas. Effloresensinya makula eritematosa, ukurannya mulai dari numular sampai plakat, di atasnya terdapat fistel-fistel yang mengeluarkan sekret seropurulen, batas tidak tegas dapat disertai dengan rasa gatal yang meningkat,dan terasa panas pada lesi.16,17
2. Flegmon.
Flegmon adalah infeksi lokal yang dalam dari jaringan ikat dermis, otot dan alat-alat gerak yang di sertai supurasi, disebabkan oleh Streptococcus dan Staphylococcus dengan progresifitas yang tinggi dan tendensi meluas ke samping yang berawal dari kulit yang luka, dan infeksi kulit.18
3. Dermatitis kontak toksika
Dermatitis kontak toksik adalah dermatitis yang timbul setelah kontak dengan kontaktan eksterna melalui proses toksik. Lesinya bersifat polimorfik. Penyebabnya adalah iritan primer seperti asam kuat dan basa kuat, dimana hasil pemeriksaan labor dalam batas normal.18
4. Erisipeloid
Erisipeloid adalah infeksi lokal oleh Erysipelotrix rhusiopatiae terjadi setelah kontak dengan daging yang terinfeksi, berupa perubahan kulit lokal yang menyerupai erisepelas, lesi berbatas tegas, tidak beraturan, pada bagian tengah berwarna merah keunguan, dan daerah tepi meninggi yang berwarna merah terang. Keadaan umum tidak terganggu, tidak ada peningkatan suhu tubuh.19
5. Lupus Eritematosus Diskoid
Lupus eritematosus diskoid merupakan penyakit yang menyerang sistem konektif dan vaskuler yang bersifat kronik dan tidak berbahaya. Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka, telinga atau leher. Lesi terutama bercak makula eritem, berbatas tegas dengan ukuran numular sampai plakat dengan gambaran kupu-kupu.18
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada penyakit erisepelas adalah endokarditis. Staphylococcus Scalded Skin Syndrome, bursitis, osteitis, artritis, osteoartritis dan tendinitis.2,4,6
Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elephantiasis.1
Penatalaksanaan
Umum1,15
1. Menjaga kebersihan tubuh
2. Menjaga kebersihan lingkungan
3. Mengatasi faktor predisposisi
4. Istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), tingginya sedikit lebih tinggi daripada letak jantung.
Khusus
1. Sistemik
· Penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan ini salah satunya dikloksasilin. Dosis untuk dewasa 4 x 250 – 500 mg per oral selama 10 hari. Dosis untuk anak-anak jika berat badan kurang dari 40 kg, 12,5 mg/kgbb/hari per oral di bagi 4 dosis. Jika berat badan besar dari 40 kg dosisnya 125 mg peroral setiap 6 jam. Obat ini tidak boleh diberikan pada orang dengan hipersensitivitas. Dikloksasilin relatif aman diberikan pada saat kehamilan.3
· Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin untuk dewasa 3 x 500 mg sehari sedangkan untuk anak 30 – 60 mg/kgbb terbagi dalam 3 atau 4 kali pemberian tiap hari. Dosis klindamisin untuk orang dewasa 4 x 150 mg sehari, sedangkan untuk anak 8 – 16 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis. Obat ini efektif untuk erisipelas disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Pemakaian linkomisin sekarang sudah digantikan dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian peroral tidak dihambat oleh adanya makanan dalam lambung. Efek samping obat ini adalah diare, kemerahan pada kulit dan kolitis pseudomembranosa.1,3,20
· Eritromisin
Pada penderita yang alergi terhadap penisilin diberikan eritomisin (dewasa 4 x 250-500 mg per oral selama 10 hari; anak-anak 30-50 mg/kgbb/ hari per oral) selama 7-14 hari. Obat ini tidak boleh diberikan pada orang dengan hipersensitivitas dan gangguan hepar namun relatif aman diberikan pada saat kehamilan. Efek samping obat ini antara lain reaksi alergi, gangguan fungsi hepar dan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah dan nyeri epigastrium.1,20
· Cefazolin
Dosis cefazolin untuk orang dewasa 3 x 1 gram sehari, sedangkan untuk anak 50 – 100 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis. Obat diberikan secara intravena. Efek samping obat ini menyebabkan gangguan ginjal dan dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitif.21
· Vancomicin
Penggunaan antibiotik ini diindikasikan pada pasien yang resisten terhadap penicillin dan sefalosporin. Dosis obat untuk dewasa 1 gram atau 15 mg per kg BB intravena. Dosis pada anak 30-40 mg per kg BB intravena. Obat ini menyebabkan, hipotensi, gangguan ginjal, netropenia, dan dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitif.21
Topikal
Pengobatan topikal secara lokal dapat diberikan kompres terbuka. Bila vesikel atau bulla sudah pecah dapat dikompres dengan rivanol 1‰, larutan permanganas kalikus 1/5000, yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali di lakukan 3 kali sehari masing-masing 1 jam selama keadaan akut. Setelah cairan mengering dilanjutkan dengan pemberian topikal antibiotika seperti kombinasi basitrasin dan polimiksin B, salap atau krim asam fusidat 2%, dan mupirasin 2%.Bila ada abses dapat dilakukan insisi.1
Basitrasin hanya digunakan secara topikal untuk berbagai infeksi kulit karena pemberian sistemik bersifat nefrotoksik. Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan menyusui. Sediaan basitrasin salap 500 unit/ gram.22
Kombinasi polimiksin dengan basitrasin menghasilkan suatu salap antibakteri dan meningkatkan aktivitas dari anti bakteri. Efek sampingnya antara lain dermaitis alergi, ototoksisitas, konjungtivitis, nefrotoksisitis, reaksi alergi. Sediaan krim atau salap yang mengandung 5000 sampai 10000 unit polimiksin B per gram. 22
Prognosis
Quo ad sanationam, quo ad vitam, quo ad kosmetikum, quo ad functionam umumnya baik, akan tetapi apabila sudah terjadi komplikasi dapat mengancam jiwa. Sebagian besar kasus sembuh dengan penggunaan antibiotik tanpa gejala sisa. Akan tetapi rekurensi dilaporkan terjadi sampai 20% pada pasien dengan faktor predisposisi.11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar