Rabu, 15 Juli 2009

surveilans gizi

Masalah gizi menjadi masalah kesehatan utama di negara berkembang dan salah satu penyebab kesakitan dan kematian paling sering pada anak di seluruh dunia. Gizi buruk merupakan penyebab langsung dari 300.000 kematian anak setiap tahunnya dan secara tidak langsung bertanggung jawab terhadap setengah dari seluruh kematian anak. WHO ( World Health Organization ) memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi buruk.1

Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.2

Bagan 1. Penyebab kurang gizi3

Meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, masalah gizi ini pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis ( bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.1

Upaya perbaikan gizi dengan ruang lingkup nasional dimulai pada tahun 1980. Diawali dengan berbagai survei dasar, disusun strategi dan kebijakan yang pada umumnya melibatkan berbagai sektor terkait. Keberhasilan program perbaikan gizi dinilai berdasarkan laporan rutin dan juga survei berkala melalui survei khusus maupun diintegrasikan pada survei nasional seperti Susenas (Survei Sosial Ekonomi nasional), Survei Kesehatan Rumah Tangga dan lain-lain.3

Salah satu program pemerintah dalam rencana strategis departemen kesehatan tahun 2005 – 2009 adalah perbaikan gizi masyarakat. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan balita, serta usia produktif. Sasaran program ini yaitu :4

a. Mencegah meningkatnya prevalensi kegemukan pada balita menjadi setinggi-tingginya 5%, pada anak sekolah dan orang dewasa menjadi setinggi-tingginya 10%.

b. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe menjadi 80%.

c. Menurunnya prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil dan ibu nifas menjadi 40%.

d. Meningkatnya cakupan ASI eksklusif menjadi 80%.

e. Meningkatnya cakupan Balita yang mendapatkan Vit A menjadi 80%.

Prevalensi nasional gizi buruk pada balita adalah 5,4%, dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi sebesar 20%, maupun target Millenium Development Goals (MDGs) pada 2015 sebesar 18,5% telah tercapai pada 2007. Namun demikian, sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.5

Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di propinsi Sumatera Barat sudah mencapai target nasional perbaikan gizi tahun 2015 yakni sebesar 20%, walaupun masih kurang dari MDGs 2015 yaitu sebesar 18,5%. Prevalensi balita pendek dan sangat pendek sedikit berada di bawah angka nasional yakni sebesar 36,5%. Prevalensi balita kurus dan sangat kurus sebesar 15,7%, dan sudah berada pada kondisi yang dianggap serius. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang untuk Kota Padang sebesar 3,1% dan 12,2%, dan gizi baik sebesar 80,8% dan gizi lebih sebesar 3,9%.6

Ada beberapa kelompok dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi. Biasanya kelompok rentan gizi ini berhubungan dengan proses kehidupan manusia, oleh sebab itu, kelompok ini terdiri dari kelompok umur tertentu dalam siklus kehidupan manusia. Pada kelompok-kelompok umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. Oleh sebab itu apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya.7

Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari :3,7

Bagan 2. Kelompok penduduk rawan gizi

Analisis situasi yang terus menerus, baik dalam bentuk besarnya masalah maupun faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah tersebut, perlu dilakukan mulai dari tingkat administrasi terendah di tingkat desa sampai dengan tingkat nasional. Dengan demikian Surveilans gizi diperlukan dengan berlandaskan pada kerangka konsep yang diperkenalkan UNICEF (Bagan 1) agar sasaran (target) penduduk yang berisiko rawan gizi (Bagan 2) dapat diketahui untuk kepentingan intervensi.3

Beberapa indikator penting yang berkaitan dengan surveilans gizi yang diajukan oleh direktorat gizi masyarakat adalah sebagai berikut :3


Masalah gizi


Kecamatan

Kabupaten/Kota

Propinsi

Pusat

1. BBLR

Indikator

Penapisan kasus BBLR

Jumlah kasus BBLR/kec

Prevalensi BBLR

Prevalensi BBLR

Sumber data

Register kohort ibu dan bayi

Laporan SP2TP

SURKESNAS

SURKESNAS

2. Balita kurang gizi

Indikator

1.Jml balita BGM dan TN

2.kasus gizi buruk

1.Prevalensi kurang

gizi/kec

2. Kasus gizi buruk

Prevalensi kurang gizi/kab

Prevalensi kurang gizi prop/kab

Sumber data

1.Rujukan posyandu

2.Validasi kasus

1.PSG balita

2.Lap.KLB

PSG Balita

1.SURKESNAS

2.Analisis PSG

balita

3.Gangguan

pertumbuhan

Indikator

1.Jml balita N/D di posyandu

2.Kasus gizi kurang anak usia sekolah

1.Prevalensi gizi

kurang/kec

2.Kasus gizi kurang anak usia sekolah/ kecamatan

1.Prevalensi gizi

kurang/kab

2.Prevalensi gizi

kurang anak usia

Sekolah/kab-kota

1.Prevalensi gizi

kurang/prop/kab/kota

2.Prevalensi gizi

kurang anak usia

sekolah/prop/kab-kota

Sumber data

1.Rekapitulasi posyandu SKDN, (F3 gizi)

2.Survei TBABS

1.Rekapitulasi kec

2.Hasil.survei TBABS

1.Rekapitulasi Kab/kec

2.Hasil suvei TBABS

1.Rekapitulasi Kab/kec/prop

2.Analisis TBABS

4.KEK (WUS)

Indikator

1.Jml WUS dgn IMT <18.5>

2.Jml WUS dgn LILA <23.5

Prevalensi KEK(WUS)/kec

Prevalensi KEK(WUS)/Kec,Kab

Prevalensi KEK(WUS)/Kec,Kab,Prop

Sumber data

Penemuan/validasi kasus

Hasil survei cepat kec

Hasil survei cepat Kec, Kab

1.SURKESNAS

2.SUSENAS

3.Analisis survei cepat

5.KEK (BUMIL)

Indikator

Jml Bumil dgn Lila <23.5

Prevalensi KEK(BUMIL) /kec

Prevalensi KEK(BUMIL)

/kab

1. Prevalensi KEK(BUMIL)

/prop

2.SUSENAS

Sumber data

validasi kasus

-

SUSENAS

SUSENAS

6. GAKY konsumsi garam beryodium

Indikator

1.Jml TGR anak sekolah

2.Jml UIE anak sekolah

3.Jml rumah tangga mengkon-

sumsi grm beryodium

1.Prevalensi Gondok (TGR)

2.Sebaran

Kecamatan dgn

gondok endemik

3.Perentase rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium kec

1.Prevalensi Gondok

2.Sebaran Kec,Kab dgn gondok endemik

3.Presentase rumah tangga mengkonsum-

si grm beryodium kec, kab

1.Prevalensi Gondok

2.Sebaran Kec,kab,prop

dgn gondok endemic

3.Presentase rumah tangga mengkonsumsi

grm beryodium prop

Sumber data


1.Hsl survei GAKY

2.Survei konsumsi grm

beryodium kec

1.Hsl survei GAKY

2.Hsl survei konsumsi grm beryodium kec,

Kab

1.Analisa survey GAKY

2.Analisa survei konsumsi grm beryodium

7.KVA

Indikator

1.Jml anak dgn buta senja

2.validasi kasus xerophthalmia

1.Prevalensi KVA kec

2.Laporan kasus

Prevalensi KVA kec, kab

Prevalensi KVA

Sumber data


Hasil Survei Vitamin A

Hasil Survei Vit.A

Hasil Survei Vitamin A

8.Konsumsi gizi

Indikator

Jml rumah tangga defisit

energi/protein

Prev. rumah tangga defisit

energi/protein kec

Prev. rumah tangga defisit energi/protein kec,kab

Prev. rumah tangga defisit energi/protein

prop

Sumber data


Hasil survei konsumsi gizi

Hasil survei konsumsi gizi

Analisa survei konsumsi gizi

9.Anemia gizi

Indikator


Prevalensi anemia gizi

Prevalensi anemia gizi

Prevalensi anemia gizi

Sumber data




SURKESNAS

10.Gizi darurat

Indikator

Jml balita gizi buruk di tempat pengungsian

Prev.balita gizi buruk di tempat pengungsian

Prev.Balita gizi buruk di tempat pengungsian

Prev.Gizi buruk ditempat pengungsian

Sumber data

Survei cepat

Hasil survei cepat kec

Hasil survei cepat kec,kab

Analisa survei cepat

11.Gizi lebih pd org dewasa

Indikator

Jumlah penduduk dgn IMT >25

Prevalensi IMT > 25 kec

Prevalensi IMT >25 kec,kab

Prevalensi IMT >25 prop

Sumber data

Survei cepat

Hasil survei cepat kec

Hasil survei cepat kec, kab

Analisa survei cepat

12.ASI Eksklusif/

MP-ASI

Indikator

Jumlah anak 0-4 bl yg diberi ASI saja

Presentase anak 0-4 bl yg diberi ASI saja

Presentase anak 0-4 bl yang diberi ASI saja

Presentase anak 0-4 bl diberi ASI saja

Sumber data

Laporan kohort bayi di puskesmas

Hasil laporan

SURKESNAS

SURKESNAS


DAFTAR PUSTAKA

  1. Nasar S dkk, 2006. Pedoman tatalaksana kurang protein. Diakses dari http://www.gizi.net/pedoman-gizi. Diakses tanggal 4 Juni 2009.
  2. Supariasa, I Dewa Nyoman, 2002. Penilaian status gizi. Jakarta : EGC hal 1 - 2.
  3. Direktorat gizi masyarakat. Surveilans gizi. Diakses dari www.gizi.net. Diakses tanggal 4 Juni 2009.
  4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Rencana Strategis Departemen Kesehatan tahun 2005 – 2009. Hal 34 – 35.
  5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Riset Kesehatan Dasar Laporan Nasional 2007. Hal 7.
  6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Sumatera Barat, 2008. Hasil Riset Kesehatan Dasar Sumatera Barat 2007. Hal 47 – 48.
  7. Notoatmodjo Soekidjo, Prof, Dr, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat : prinsip – prinsip dasar. Jakarta : Rineka Cipta hal 202 – 203.
  8. Laporan tahunan program gizi Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar